Saat kau pergi
Berlinanglah air mataku
Betapa singkat ku rasakan
Kebahagiaan itu
Kini lenyaplah sudah
Tak pernah ku inginkan
Perpisahan ini terjadi
Ku hanya bisa merelakan
Jika memang kau pikir
Ini lah yang terbaik ,,,
memang Selalu ada yang menyakitkan saat terjadi perpisahan antara dua orang manusia. Ya, selalu ada, seharusnya ada, sebenar-benarnya memang benar ada, dan sewajarnya ada. Selalu dan selalu. Seperti katamu. Satu hal yang patut dipertanyakan saat perpisahan, siapa yang menyakiti siapa. Siapa yang merasa disakiti dan siapa yang dituduh menyakiti. Perlu perenungan tersendiri terhadap makna ini. Setiap perpisahan terjadi, setiap kenangan-kenangan yang awalnya memang sengaja disimpan kuat-kuat di dalam memori yang terdalam sehingga melekat erat, kuat, meresap di dalam pikiran yang tak akan mungkin bisa menghilang meski sejuta malaikat berusaha menghilangkannya, setiap kenangan-kenangan itu malah menjadi duri tersendiri di dalam hati kita masing-masing. Hati-hati dalam menyikapi hati. Hati-hati saat merefleksikan perasaan sendiri yang akhirnya menjadi sedih, gundah, gelisah, ah jadinya lelah sendiri. Tapi setiap orang harusnya sepakat, tidak tercipta sebuah kesan seandainya perpisahan tidak diliputi perasaan-perasaan sedemikian. Malah jadi hambar dan cepat terlupakan. Padahal, justru sensasi-sensasi dari pedihnya perpisahan itulah yang sangat kita cari-cari, sangat kita nikmati, tanpa disangkal juga disesali. Tanpa sensasi-sensasi itu tidak ada perasaan-perasaan yang akhirnya tidak ada kenangan, tidak juga perpisahan, apalagi pertemuan, tidak ada cerita,,
maafkan ma'',, ma'' gak bisa menemani mu disana,,semoga pa'' baik'' aja,sehat n selalu dalam lindungan allah swt,, DO'A MA'' SELAALU UNTUK PA'',
aku akan selalu setia menanti mu disini,,
Berlinanglah air mataku
Betapa singkat ku rasakan
Kebahagiaan itu
Kini lenyaplah sudah
Tak pernah ku inginkan
Perpisahan ini terjadi
Ku hanya bisa merelakan
Jika memang kau pikir
Ini lah yang terbaik ,,,
memang Selalu ada yang menyakitkan saat terjadi perpisahan antara dua orang manusia. Ya, selalu ada, seharusnya ada, sebenar-benarnya memang benar ada, dan sewajarnya ada. Selalu dan selalu. Seperti katamu. Satu hal yang patut dipertanyakan saat perpisahan, siapa yang menyakiti siapa. Siapa yang merasa disakiti dan siapa yang dituduh menyakiti. Perlu perenungan tersendiri terhadap makna ini. Setiap perpisahan terjadi, setiap kenangan-kenangan yang awalnya memang sengaja disimpan kuat-kuat di dalam memori yang terdalam sehingga melekat erat, kuat, meresap di dalam pikiran yang tak akan mungkin bisa menghilang meski sejuta malaikat berusaha menghilangkannya, setiap kenangan-kenangan itu malah menjadi duri tersendiri di dalam hati kita masing-masing. Hati-hati dalam menyikapi hati. Hati-hati saat merefleksikan perasaan sendiri yang akhirnya menjadi sedih, gundah, gelisah, ah jadinya lelah sendiri. Tapi setiap orang harusnya sepakat, tidak tercipta sebuah kesan seandainya perpisahan tidak diliputi perasaan-perasaan sedemikian. Malah jadi hambar dan cepat terlupakan. Padahal, justru sensasi-sensasi dari pedihnya perpisahan itulah yang sangat kita cari-cari, sangat kita nikmati, tanpa disangkal juga disesali. Tanpa sensasi-sensasi itu tidak ada perasaan-perasaan yang akhirnya tidak ada kenangan, tidak juga perpisahan, apalagi pertemuan, tidak ada cerita,,
maafkan ma'',, ma'' gak bisa menemani mu disana,,semoga pa'' baik'' aja,sehat n selalu dalam lindungan allah swt,, DO'A MA'' SELAALU UNTUK PA'',
aku akan selalu setia menanti mu disini,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar