Kamis, 01 November 2012

ANAKU CAHAYA HIDUPKU


Sejak kecil ke dua anaku sudah menjadi piatu dengan berjualan krupuk di sebuah pasar kropyak aku pun berusaha memenuhi kebutuhan mereka.
hingga di saat mereka memasuki dewasa aku betul betul tidak mampu untuk membiayai ke dua putraku memasuki perguruan tinggi,
Tiba tiba di saat aku melamun putra sulungku pun mengahimpiri ku. "nek sudahlah aku gak usah sekolah,biar si bungsu yang meneruskan sekolahnya,aku ingin membantu nenek mencari biaya buat si bungsu." ujar si sulung aku pun meminta maaf sebagai orang tua aku tak sanggup membahagiakan mereka.

Beberapa tahun kemudian si bungsu sudah menjadi seorang dokter terkenal dan di tugaskan di luar negri,hatiku begitu bangga dengan kesukses nya itu,tp tidak dengan putra sulungku,karenasekolah terlalu rendah dia pun membuka usaha jualan krupuk di rumah dan keliling dari kampung ke kampung lain.

Hingga suatu saat telah terjadi sesuatu putra sulungku tertabrak mobil dri belakang dan kepala nya membentur keras ke aspal mengakibatkan dia mengalami kebutaan,hatiku sedih ingin aku membantunya mencari penambahan penghasilan tp umurku sudah 85 tahun,aku seorang nenek tua .

Hingga soreh itu ku dengar putra bungsu ku datang dan berniat ingin membawaku ke luar negri dan merawatku,si sulung pun bersikeras dia masih mampu untuk merawatku dan keberatan jika aku di bawa ke luar negri.
Debat saudara itu pun berlanjut dan si bungsu berniat membawa ini ke pengadilan..

Hatiku menangis pilu kenapa semua ini terjadi ke dua anaku bertahan ingin merawatku nenek tua yang hanya bisa menjadi penghuni tempat tidur,

Persidangan pun di mulai aku melihat putra sulungku begitu sedih aku yakin dia akan berusaha untuk mempertahankan aku tetap tinggal bersama dia,persidangan demi persidangan mereka tetep bersikukuh untuk merawatku.
Aku berpikir anak bungsuku mampu membayar biaya pengacara tp bagimana si sulung,
Ya allah dengan membawa tongkat tiap pagi hari dia berangkat untuk menjual krupuk daganganya dia berusaha mencari biaya untuk menyewa pengacara karena takut hak asu jatuh ke tangan si bungsu.

Di kelanjutan persidangangan akhirnya pengadilan menyuruh aku datang menjadi saksi dan pak hakim pun bertanya padaku mau ikut siapa 
"anak sulungku adalah mata kananku,anak bungsuku adalah mata kiriku,aku tak mau kehilangan sebelah mataku " ujarku..tanpa ku sadari anak sulungku dan si bungsu datang memeluk aku mereka menangis dan selalu ucapkan terima kasih ke padaku,tk lupa pula ku ucap syukur di beri ke dua putra yang begitu menyangiku.
Dan keputusan hakim pun aku tetap di rawat putra sulungku,karena sekian tahun aku tinggal bersamanya.

Mendengar keputusan itu pun si bungsu menangis dan meminta maaf karena tak bisa merawatku,dan dia pun berjanji semua biaya aku dan kakanya dia yang menangung dan berniat mengobati mata kakaknya yang buta karena kecelakaan.

Air mata ini jatuh ku ucap syukur ke pada sang pencipta karen memberi ke dua putra yang begitu menyayangiku.
Jika anak orang lain bersitegang ke pengadilan karena harta warisan,tidak dengan putraku,mereka memperebutkan hak mengasuhku.

*APA YANG KITA TANAM SAAT INI INGATLAH KELAK KITA AKAN MEMETIK BUAHNYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar